Rabu, 21 November 2012

KMB OSTEOATRITIS



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Osteoatritis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.  (Yayasan osteoatritis Internasional).
Pada umumnya Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
Penderita osteoatritis Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.
B.       Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.       Mahasiswa mampu memahami pengertian Osteoatritis
b.      Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu Osteoatritis
c.       Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan khususnya Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan Sistem Skeletal (osteoatritis).

C.      Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan yaitu mempelajari buku – buka dan sumber – sumber lainya untuk mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berikutnya dengan permasalahan dalam makalah ini.

D.      Ruang Lingkup
Karena luasnya permasalahan yang dapat terjadi penulis mengambil judul asuhan keperawatan ganguan Sistem Skeletal (Osteoatritis).

E.       Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I          : Pengetahuan yang berisikan latar belakang, tujuan
                       penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan
                       sistematis penulisan.
BAB II         : Pembahasan Mengenai Osteoatritis
BAB III       : Asuhan keperawatan pada Osteoatritis
BAB IV       : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA





                                         


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1.      Pengertian
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
2.      Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a)      Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b)      Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c)      Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
d)     Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e)      Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

3.      Patofisiologi.
UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN


Kerusakan fokal tulang rawan
pembentukan tulang baru pada sendi yang progresif
tulang rawan, sendi dan tepi sendi













Perubahan metabolisme tulang

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak

makro molekul matriks tulang rawan sendi
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen



Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan







Timbul laserasi

        OSTEOARTRITIS

4.      Menifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.
5.      Penatalaksanaan
a)      Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b)      Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c)      Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d)     Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e)      Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f)       Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g)      Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
6.      Test Diagnostik
·         Rontgen
·         Myliograf
·         Ct. Scan (Computerizeit Tonografi Scanning)
·         Biopsi Tulang
·         EMG
·         Arthroscopy
·         Magnetic Resonan Imaging (MRI)
·         USG (Ultrasonagrafi)

            


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM SKELETAL OSTEOATRITIS

1.   Pengkajian
Pengkajian pada sistem skeletal yaitu mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang berkaitan dengan osteoatritis, wawancara pasien mengenai riwayat keluarga, fraktur yang terjadi sebelumnya, kebiasaan diet, pola olah raga, awitan menopause dan penggunaan steroid.
Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui sebagai penyebab sekunder osteoatritis. klien mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama sampai beberapa tahun.
a)      Identitas klien
Identitas klien meliputi jenis kelamin, ras/suku bangsa, usia dan faktor lingkunagan ( pekerja berat )
b)      Keluhan Utama
Adanya nyeri yang timbul pada daerah yang terkena. Nyeri bertambah jika melakukan aktivitas atau bergerak.
c)      Pola Nutrisi
Kurangnya asupan kalsium, pola makan yang tiadak teratur, adanya riwayat perokok dan riwayat mengkonsumsi alkohol serta riwayat minum – minuman yang juga bersoda.
d)     Poa eliminasi
Adanya keluhan konstipasi, konstipasi diakibatkan immobilitas fisik. Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal menyebabkan konstipasi, abdominal distance.
e)      Endokrin
Penurunan hormon estrogen pada wanita yang memasuki masa menopause. Pada pria apakah terjadi hipogonadisme.
f)       Pola Aktivitas
Keterbatasan gerak, riwayat malas berolah raga dan kelemahan serta aktvitas yang berat.
g)      Neurosensori
Nyeri sendi yang disertai pembatasan pergerakan.
h)      Pernapasan
Apakah terjadi perubahan pola nafas pada klien.
i)        Skeletal
Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderi. Adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, nyeri spinal.

2.   Diagnosa dan Intervensi keperawatan

Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Ø kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Ø berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
Ø biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
Ø dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak
Ø anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi
Ø berikan masase yang lembut
kolaborasi
Ø Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.
ü Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
ü Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
ü Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
ü Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
ü Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
ü Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot
ü Meningkatkan relaksasi, mengurangi
tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI
RASIONAL
Ø Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
Ø Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
Ø Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Ø Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
Ø Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
ü Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
ü Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
ü Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
ü Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
ü Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI
RASIONAL
Ø Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam
siapkan lampu panggil
Ø Memantau regimen medikasi
Ø Izinkan kemandirian dan kebebasan klien
ü Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
ü Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas.
Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI
RASIONAL
Madiri
Ø Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.
Ø Berikan tempat tidur yang nyaman
Ø Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
Ø Instruksikan tindakan relaksasi
Ø Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
Ø Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.
Ø Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi
Kolaborasi
Ø Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi
ü Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
ü Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis
ü Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang
ü Membantu menginduksi tidur
ü Meningkatkan efek relaksasi
ü Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi
ü Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun.
ü Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.
Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri
Kriteri Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secara mandiri
. INTERVENSI
RASIONAL
Ø Kaji tingkat fungsi fisik
Ø Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan
Ø Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
ü Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan
ü Mendukung kemandirian fisik/emosional
ü Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri




BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Tulang merupakan penunjang, tempat melekatnya otot – otot, pembentuk rangka manusia dan pelindung bagi tubuh serta organ – organ didalamnya. Komponennya berupa mineral dan jaringan organ ( prolaktin dan kolagen ). Tulang tulang tersusun dari osteoblast, osteosit dan osteoklas.
Kerapuhan tulang dapat menyebabkan berbagai pennyakit misalnya osteoatritis. Gejala yang ditimbulkan oleh kerapuhan tulang tersebut bisa patah tulang, nyeri, hilngnya tinggi badan dan lain – lain. Osteoatritis meningkat pada wanita terutama pada pengkonsumsi alkohol yang berlebihan dan juga perokok. Tidak hanya wanita tetapi pria juga memiliki resiko terkena osteoatritis. Faktor resiko lainnya adalah usia, ras atau suku, keturunan, serta gaya hidup yang kurang baik. Pencegahan osteoatritis bisa merupakan pencegahan primer dan sekunder. Pengobatan yang dilakukan bisa menggunakan terapi dan tindakan medis.
Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan masalah osteoatritis diantaranya masalah keperawatan nyeri, immobilitas, faktor resiko cedera dan patah tulang ( fraktur ) serta inefektif dalam regiment pengobatan.
osteoatritis dapat dicegah sejak dini dengan pola hidup yang sehat. Pencegahan bertujuan untuk mencapai masa tulang dewasa yang optimal, ini dapat dilakukan dengan pola hidup yang sehat. Pola hidup yang sehat dapat di lakukan dengan cara mengkonsumsi makan – makan yang sehat, makanan yang mengandung kalsium, rendah protein, olah raga yang teratur dan lain - lain.

B.       Saran
Dari penjelasan diatas ada beberapa saran yang bermanfaat untuk kita :
a.       Makanlah makanan yang berkalisum tinggi
b.      Olah raga yang teratur
c.       Minumlah suplemen yang mengandung kalsium
d.      Hindari rokok dan minuman yang beralkohol.
DAFTAR PUSTAKA

C.J.Lynda. ( 1999 ) Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.
C. Long Barbara.1996.Keperawatan Medikal Bedah.Buku 2.Bandung : Yayasan LAPK Pajajaran Bandung