BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Osteoatritis dapat dijumpai
tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam
kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
(Yayasan
osteoatritis Internasional).
Pada
umumnya Wanita lebih sering terkena osteoartritis
lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis
kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
Penderita osteoatritis Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan,
mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran
sendi, dan perubahan gaya berjalan.
B.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah :
a. Mahasiswa
mampu memahami pengertian Osteoatritis
b. Mahasiswa
mampu menjelaskan apa itu Osteoatritis
c. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang
keperawatan khususnya Asuhan Keperawatan pada pasien
gangguan Sistem Skeletal
(osteoatritis).
C.
Metode
Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis menggunakan
metode studi kepustakaan yaitu mempelajari buku – buka dan sumber – sumber
lainya untuk mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berikutnya dengan
permasalahan dalam makalah ini.
D.
Ruang
Lingkup
Karena
luasnya permasalahan yang dapat terjadi penulis
mengambil judul asuhan keperawatan ganguan Sistem Skeletal (Osteoatritis).
E.
Sistematika
Penulisan
Adapun
sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I : Pengetahuan yang berisikan latar
belakang, tujuan
penulisan, ruang lingkup penulisan, metode
penulisan dan
sistematis penulisan.
BAB II : Pembahasan Mengenai Osteoatritis
BAB III : Asuhan keperawatan pada Osteoatritis
BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan
dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.
Pengertian
Osteoartritis
adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang
dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas
60 tahun.
2. Etiologi
Penyebab
dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor
resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a)
Umur.
Dari semua faktor resiko
untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi
dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b)
Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena
osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis
paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50
tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c)
Genetic
Faktor herediter juga
berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita
dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali
lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
d)
Suku
Prevalensi dan pola terkenanya
sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing
suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang
kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital
dan pertumbuhan.
e)
Kegemukan
Berat badan yang berlebihan
nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik
pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis
sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
3.
Patofisiologi.
UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN
Kerusakan
fokal tulang rawan
pembentukan tulang baru pada sendi yang progresif tulang rawan, sendi dan tepi sendi |
|
|
||
Perubahan metabolisme tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya
kadar air tulang rawan sendi
|
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
|
|
Timbul laserasi
OSTEOARTRITIS
4.
Menifestasi klinis
Gejala-gejala
utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa
nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.
5. Penatalaksanaan
a)
Obat obatan
Sampai sekarang belum ada
obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya
yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi
sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis
osteoartritis.
b)
Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul
atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari
aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat
listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada
lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c)
Diet
Diet untuk menurunkan berat
badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan
osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.
d)
Dukungan psikososial
Dukungan psikososial
diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan
ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan
penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat
pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e)
Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat
dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan
lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya
pasien enggan mengutarakannya.
f)
Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting
pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin
dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum
latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan
untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada
sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang
timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran
penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot
tersebut adalah penting.
g)
Operasi
Operasi
perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.
6.
Test Diagnostik
·
Rontgen
·
Myliograf
·
Ct. Scan (Computerizeit Tonografi Scanning)
·
Biopsi Tulang
·
EMG
·
Arthroscopy
·
Magnetic Resonan Imaging (MRI)
·
USG (Ultrasonagrafi)
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM SKELETAL OSTEOATRITIS
1.
Pengkajian
Pengkajian
pada sistem skeletal yaitu mengidentifikasi
resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang berkaitan dengan osteoatritis,
wawancara pasien mengenai riwayat keluarga, fraktur yang terjadi sebelumnya,
kebiasaan diet, pola olah raga, awitan menopause dan penggunaan steroid.
Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui
sebagai penyebab sekunder osteoatritis. klien mungkin melaporkan penurunan
kemampuan untuk mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama sampai
beberapa tahun.
a) Identitas
klien
Identitas klien
meliputi jenis kelamin, ras/suku bangsa, usia dan faktor lingkunagan ( pekerja
berat )
b) Keluhan
Utama
Adanya nyeri yang
timbul pada daerah yang terkena. Nyeri bertambah jika melakukan aktivitas atau
bergerak.
c) Pola
Nutrisi
Kurangnya asupan
kalsium, pola makan yang tiadak teratur, adanya riwayat perokok dan riwayat
mengkonsumsi alkohol serta riwayat
minum – minuman yang juga bersoda.
d) Poa
eliminasi
Adanya keluhan
konstipasi, konstipasi diakibatkan
immobilitas fisik. Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal menyebabkan
konstipasi, abdominal distance.
e) Endokrin
Penurunan hormon
estrogen pada wanita yang memasuki masa menopause. Pada pria apakah terjadi hipogonadisme.
f) Pola
Aktivitas
Keterbatasan gerak,
riwayat malas berolah raga dan kelemahan
serta aktvitas yang berat.
g) Neurosensori
Nyeri sendi yang disertai
pembatasan pergerakan.
h) Pernapasan
Apakah
terjadi perubahan pola nafas pada klien.
i)
Skeletal
Inspeksi dan palpasi
pada daerah columna vertebralis, penderi. Adanya perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, nyeri spinal.
2. Diagnosa
dan Intervensi keperawatan
Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Ø kaji
keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Ø berikan
matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
Ø biarkan
pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
Ø dorong
untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak
Ø anjurkan
pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air mandi
Ø berikan
masase yang lembut
kolaborasi
Ø Beri
obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti
asetil salisilat.
|
ü Membantu
dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
ü Matras
yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
ü Pada
penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau
cedera sendi.
ü Mencegah
terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/rasa sakit pada sendi
ü Panas
meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan
dan luka dermal dapat disembuhkan
ü Meningkatkan
elaksasi/mengurangi tegangan otot
ü Meningkatkan
relaksasi, mengurangi
tegangan
otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
|
Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang
diinginkan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Ø Pertahankan
istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
Ø Bantu
bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
Ø Dorong
klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Ø Berikan
lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
Ø Berikan
obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
|
ü Untuk
mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
ü Meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
ü Memaksimalkan
fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
ü Menghindari
cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
ü Untuk
menekan inflamasi sistemik akut.
|
Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Ø Kendalikan lingkungan
dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera
akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur,
usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam
siapkan
lampu panggil
Ø Memantau
regimen medikasi
Ø Izinkan
kemandirian dan kebebasan klien
|
ü Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan
membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
ü Hal ini akan memberikan
pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan
pasien akan meningkatkan ansietas.
|
Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau
tidur.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Madiri
Ø Tentukan kebiasaan tidur
biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.
Ø Berikan tempat
tidur yang nyaman
Ø Buat rutinitas tidur baru
yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
Ø Instruksikan tindakan
relaksasi
Ø Tingkatkan regimen
kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
Ø Gunakan pagar tempat tidur
sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.
Ø Hindari mengganggui bila
mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi
Kolaborasi
Ø Berikan sedative, hipnotik
sesuai indikasi
|
ü Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
intervensi yang tepat.
ü Meningkatkan kenyamaan
tidur serta dukungan fisiologis/psikologis
ü Bila rutinitas baru
mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang
berhubungan dapat berkurang
ü Membantu menginduksi tidur
ü Meningkatkan efek
relaksasi
ü Dapat merasakan takut
jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk
membantu mengubah posisi
ü Tidur tanpa gangguan lebih
menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur
bila terbangun.
ü Mungkin diberikan untuk
membantu pasien tidur atau istirahat.
|
Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri
Kriteri Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan
sendiri secara mandiri
. INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Ø Kaji tingkat fungsi fisik
Ø Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan progran latihan
Ø Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk
modifikasi lingkungan
|
ü Mengidentifikasi
tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan
ü Mendukung
kemandirian fisik/emosional
ü Menyiapkan
untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tulang merupakan penunjang, tempat melekatnya otot –
otot, pembentuk rangka manusia dan pelindung bagi tubuh serta organ – organ
didalamnya. Komponennya berupa mineral dan jaringan organ ( prolaktin dan
kolagen ). Tulang tulang tersusun dari osteoblast, osteosit dan osteoklas.
Kerapuhan tulang dapat menyebabkan berbagai
pennyakit misalnya osteoatritis. Gejala yang ditimbulkan oleh kerapuhan tulang
tersebut bisa patah tulang, nyeri, hilngnya tinggi badan dan lain – lain. Osteoatritis
meningkat pada wanita terutama pada pengkonsumsi alkohol yang berlebihan dan
juga perokok. Tidak hanya wanita tetapi pria juga memiliki resiko terkena osteoatritis.
Faktor resiko lainnya adalah usia, ras atau suku, keturunan, serta gaya hidup
yang kurang baik. Pencegahan osteoatritis bisa merupakan pencegahan primer dan
sekunder. Pengobatan yang dilakukan bisa menggunakan terapi dan tindakan medis.
Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan masalah osteoatritis diantaranya
masalah keperawatan nyeri, immobilitas, faktor resiko cedera dan patah tulang (
fraktur ) serta inefektif dalam regiment pengobatan.
osteoatritis dapat
dicegah sejak dini dengan pola hidup yang sehat. Pencegahan bertujuan untuk
mencapai masa tulang dewasa yang optimal, ini dapat dilakukan dengan pola hidup
yang sehat. Pola hidup yang sehat dapat di lakukan dengan cara mengkonsumsi
makan – makan yang sehat, makanan yang mengandung kalsium, rendah protein, olah
raga yang teratur dan lain - lain.
B.
Saran
Dari
penjelasan diatas ada beberapa saran yang bermanfaat untuk kita :
a. Makanlah makanan yang berkalisum tinggi
b. Olah raga yang teratur
c. Minumlah suplemen yang mengandung kalsium
d. Hindari rokok dan minuman yang beralkohol.
DAFTAR PUSTAKA
C.J.Lynda. ( 1999 )
Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.
C. Long Barbara.1996.Keperawatan Medikal Bedah.Buku 2.Bandung : Yayasan LAPK Pajajaran
Bandung